Sabtu, 19 November 2016

Tunda Aja Tundaa!

Buat apa ilmu disimpan buat diri sendiri?
Malas dan enggan bukan alasan untuk kita tidak berbagi.

Banyak cara untuk kita berbagi apa yang kita tau. Apa aja sih?
1. Dengan lisan lisan kita
2. Dengan Qalam
3. Dengan keadaan kita
4. Dengan tulisan kita
5. Dengan nasihat
6. Dengan visual
7. Dengan fardhiyah

Kali ini, aku pengen berbagi tentang bagaimana sih berbagi melalui tulisan??

Yuks, sekarang, sebenarnya apa sih yang bisa memotivasi kita buat menulis? Wahh, pasti banyak yaa. Beberapa akan aku tulis di sini okee...
1. Menambah wawasan dan pengetahuan. Kan kalau kita nulis, kita pasti cari bahan buat kita nulis. Ya gak?
2. Tak terbatas ruang dan waktu. Eaa, tulisan kita gak akan terbatas ruang dan waktu. Walaupun kita sudah meninggal, tulisan kita masih bisa dibaca oleh siapapun.
3. Media untuk berdakwah dan berbagi. Dakwah gak selalu dengan lisan kan? Bisa saja dengan menulis kita lebih bisa menyampaikan apa yang ingin kita sampaikan. Mungkin dengan menulis kita lebih bisa mengajak untuk kebaikan.
4. Menginspirasi orang lain. Sebisa mungkin apa yang kita tulis adalah sesuatu yang baik. Kebaikan itu bisa jadi menginspirasi para pembaca tulisan kita.
5. Cara terbaik untuk menasehati diri. Kan dengan menulis kita menuangkan apa yang kita pikirkan, terus kita membacanya, setelah itu kita memikirkan kembali apa yang telah kita tulis dan kita baca. Dengan demikian, kita bisa merefleksi diri kita.
6. Menambah rezeki kita. Keberkahan akan selalu muncul ketika kita berbuat baik. Dan jika kita menulis untuk menagajak berbuat baik, bukankah itu termasuk hal yang baik?

Banyak motivasi yang harusnya menjadikan kita lebih semangat buat nulis. Kenapa coba kita harus menunda untuk menulis. Tau ga, kalau kita menunda orang yang sangat berbakat pun bakalan kalah sama orang yang benar-benar memiliki keinginan dan tekun untuk berlatih. Nah, tunggu apa lagi?

Butuh inspirasi buat mulai nulis? Coba lihat diri sendiri dulu. Apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan, apa yang kita alami, apa yang kita ketahui, apa yang kita pikirkan, apa yang kita sukai, sampai apa yang kita kuasai sebenarnya bisa memberi inspirasi kita buat mulai menulis. Tapi sebelumnya, tentukan dulu siapa yang menjadi sasaran tulisan kita. Biar nanti, ide yang akan kita tuangkan bakalan sesuai sama pembaca kita.

Udah yuuk. Tunggu apa lagi? Kenapa ditunda-tunda? Ayo mulai sekaraaang

#sekolahtimjasmine
@tehjasmine

Jumat, 18 November 2016

Hati dan Cita

Kutuliskan cerita cinta
Bukan, bukan seperti yang kau pikirkan
Bukan cinta padanya, atau padamu
Tapi cintaku kepadaNya dan masa depanku
Tapi cintaku kepada citaku

Kali ini, aku benar-benar memiliki alasan untuk pergi
Jauh, aku tau
Inginku untuk menggapainya
Inginku untuk tetap berkeras ke sana

Pantaskah?
Jika di sini aku menangis karena hal konyol
Dan mereka menangis karena membaca ayatNya
Jika di sini aku berpusing-pusing karena masalah kecil
Dan mereka berusaha memutqinkan hafalan mereka

Pantaskah?
Ketika mereka bermental baja dengan lingkungan yang sedemikian rupa
Dan aku bermental lembek dengan lingkungan serba ada

Bukan. Sekali lagi bukan seperti yang kaupikirkan
Bukan masalah gengsi, tapi cita dan asa
Bukan hanya sekedar "ingin", tapi alasan di balik kata itu

Ingatlah..
Bukan saatnya kita terlena akan dunia, ketika mereka mengejar surgaNya
Ingin kupergi, setidaknya untuk cintaku padaNya dan semua citaku..


Jatinangor, 18 November2016

Minggu, 13 November 2016

Kecil Bangeeeeeetz

Suatu hari di ketinggian lebih dari 20 meter..

"Jeeh, liat itu mobil mobilnya kaya mainan waktu kita kecil ya"
"Iya ih. Ya Allah kecil banget ya"

Terkadang kita membutuhkan keadaan di mana kita bisa melihat diri kita itu sangat kecil dan sebenarnya bukan apa-apa jika dibanding dengan semua ciptaan Allah.

Hai, ini baru beberapa meter di atas permukaan tanah. Dari ketinggian ini saja kita bisa melihat bahwa apa saja yang berada di bawah sana seperti maket dan miniatur. Kecil. Bahkan tak terlihat.

Lalu bagaimana dengan diri kita? Yang sebenarnya hanya bagian kecil dari isi bumi ini. Sangaaaat kecil. Bahkan kita tidak terlihat di ketinggian tertentu. Tapi kenapa kita sering merasa besar? Tapi kenapa kita sering jumawa? Tapi kenapa kita sering menyombongkan diri?

"...Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan." QS.Yunus:12

Salah satu sifat buruk manusia adalah merasa apa yang dikerjakannya adalah sesuatu yang baik dan indah.

Terkadang kita harus merenung dan menyadari betapa tidak berdayanya diri kita. Betapa lemahnya diri kita. Betapa banyak kekurangan yang kita miliki. Bagaimana kita sadar bahwa Allah yang Maha segala-galanya dan tidak pantas bagi kita untuk sombong dan merasa besar. Karena tanpa kuasa Allah kita tak akan mendapatkan apa yang sekarang kita dapatkan.

"Jeeeh. Coba ya liat. Ini baru Bandung loh. Sepersekiannya Bandung malahan kan."
"Iyaya. Kita bahkan gabisa liat Bandung dari ujung ke ujung ya, apalagi Indonesia, apalagi dunia."

Ingat, kita selalu memiliki keterbatasan yang kadang kita lupa untuk mengingatnya ada. Kita kadang ingin menguasai sesuatu yang sebenarnya kita memiliki keterbatasan untuk menguasainya. Kadang kita merasa bisa dan ingin selalu ingin memiliki segala hal tanpa adanya rasa puas. Padahal penglihatan kita ada batasnya, pendengaran kita ada batasnya, dan semua kemampuan kita ada batasnya.

"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan bersifat lemah." QS.Annisa:28

Manusia memiliki kelemahan-kelemahan yang kadang tidak disadarinya.

Setiap manusia pasti memiliki kekurangan. Tidak ada manusia yang benar-benar sempurna. Dan karena itulah kita harus senantiasa bersyukur dan tidak lagi menyombongkan sesuatu yang kita miliki.

Namun, kekurangan itu tak boleh menjadikan kita selalu berputus asa dan tidak berusaha. Bukan itu poinnya. Karena sesungguhnya Allah selalu menilai usaha kita untuk menjadi lebih baik.

Sabtu, 12 November 2016

HARUS PUNYA BANYAK SOSMED

Kenapa kita harus punya punya sosmed sih? Bukannya semakin banyak sosmed, semakin banyak waktu kita yang terbuang sia-sia?

Eits, jangan salah. Sebagian besar orang menganggap bahwa banyaknya sosmed yang seseorang miliki akan berbanding lurus dengan jumlah waktu yang terbuang sia-sia karena sosmed itu sendiri. Hmm, benar juga bukan? Pernyataan itu tak sepenuhnya salah, tapi tak sepenuhnya benar.

Kenapa?

Sama seperti waktu, sosmed adalah senjata. Hmm, bayangkan sebuah pisau. Ia tak akan berbahaya jika hanya digunakan untuk memotong sayur dan buah. Tapi akan berbeda jika pisau itu diarahkan di depan wajah seseorang bukan? Ya, seperti itulah sosmed. Jika kita menggunakannya hanya untuk hiburan dan memosting berbagai hal yang tidak bermanfaat pernyataan 'jumlah waktu terbuang sia-sia akan semakin banyak' tidak bisa dipungkiri lagi.

Tapi, tau ga sih?
Ternyata sosmed ga cuma gitu aja gunanya. Kita harus mulai melihat sebuah kenyataan yang lama kelamaan akan bergeser menjadi hal yang sangat penting. Nyatanya, sekarang anak muda lebih banyak yang pegang smartphone dibanding Qur'an ga sih? Nyatanya, sekarang anak muda lebih suka mantengin youtube sama IG dibanding kuliah subuh di masjid.

Terus kenapa?
Berangkat dari fenomena yang sangat tak jarang lagi itu, kita harus mulai melek. "Hmm, kalau orang jaman sekarang lebih sering terpapar gadget dengan sosmed yang seabrek, berarti informasi yg didapat juga ga jauh jauh dari situ kan ya?"

Nah, itu poinnya. Sosmed sekarang seakan menggerakkan pikiran seseorang. Mengatur pandangan banyak kalangan. Hmm, kebayang ya kalau ternyata isi sosmed itu cuma hal-hal yang ga penting. Seberapa banyak pikiran kita yang akhirnya tergiring sama hal-hal yang bukan seharusnya kita pikirkan? Karena itu, kita harus bergerak membuat informasi yang diterima oleh masyarakat itu layak konsumsi (hoho).

Iyaya, kalau kita menjadi salah satu penyedia informasi yang baik dan layak konsumsi, bukankah waktu kita tidak terbuang sia-sia hanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat? Orang-orang yang baca juga setidaknya punya informasi baru atau menjadi beropini sehat dan tidak sekedar membuang waktunya untuk membaca sesuatu yang tidak bermanfaat.

Hellow. Emang ngaruh gitu kalau kita ngeposting gituan? Kan media di dunia ini ga cuma punya kita doang.
Postive thinking lah. Berpengaruh kok. Pasti berpengaruh. Walaupun pengaruhnya ga seberapa besar. Mungkin cuma segelintir di antara ribuan orang, tapi bukan berarti kita tidak berbuat apapun kan? Dari usaha-usaha yang kita lakukan itu mungkin seseorang bisa berubah, mungkin seseorang tergerak menjadi lebih positif, atau mungkin mungkin lain yang baik.

Di situ poinnya. Bukan berarti kalau kita bergerak dan pengaruh yang dihasilkan itu hanya sedikit terus kita dianggap ga bergerak kan? Usaha yang kita keluarkan pasti akan bernilai. Kan Allah Maha Tahu apa yang kita lakukan :)

--Siapa yang menguasai media, ia akan menguasai dunia--
Jadi kenapa kita harus punya banyak sosmed??

#sekolahtehjasmine
@tehjasmine

MAU ABADI GA?

Tapi sebenernya kan ga ada yang abadi dalam hidup kita kecuali Allah..

Terus maksudnya abadi ini apa dong?
Pernah dengar prasasti? Nah, orang zaman dulu mengabadikan kisah-kisah penting mereka melalui prasasti atau berbagai simbol-simbol lain seperti relief pada candi. Ga mau kalah dong sama mereka. Kisah-kisah mereka aja bisa sampai textbook pelajaran kita waktu masih di sekolah kan.

Dari hal tadi, kita bisa tarik kesimpulan. Kalau saja mereka sama sekali tidak membuat tulisan dan simbol tentang apa yang terjadi saat itu, apakah kita tahu menahu tentang kisah mereka? Tentu saja tidak bukan? Begitu pula dengan kita. Apapun tentang kita tidak akan terkenang jika kita tidak mengabadikannya. Terlebih dengan tulisan. So, menulis itu penting banget ya ternyata.

Teman-temaan! Aku punya tiga alasan yang kemudian membuat diriku yakin bahwa menulis itu adalah hal penting. Apa ituu?

1. Tulisan itu dapat menembus ribuan bahkan jutaan kepala
Coba bayangkan ya. Ketika seorang pembicara hadir dalam sebuah diskusi, maka hanya mereka yang datang yang tahu menahu apa yang sedang mereka bicarakan. Berbeda jika salah seorang dari mereka kemudian mengabadikannya dalam sebuah tulisan dan kemudian mengunggahnya ke media sosial. Berapa banyak orang yang menjadi faham akan apa yang mereka diskusikan? Bisa jadi orang yang membacanya lebih banyak dari orang yang berdiskusi. Dan kefahaman akan suatu hal diawali salah satunya dengan membaca. Bacaan tidak akan ada jika tak ada seorang pun yang menulis.
Bayangkan, berapa banyak surat kabar yang beredar setiap harinya di masyarakat. Dengan menulis, apa yang kita pikirkan bisa menjangkau kepala banyak orang.

2. Bekerja dalam keabadian
Sama seperti awal tulisan ini, sepenting apapun kisah yang kita torehkan dalam hidup kita, jika tidak ada yang mengabadikan tidak akan ada seorang pun yang mengetahui apalagi mengingatnya.
Saat kita menulis tulisan yang baik dan menginspirasi, kita akan meninggalkan sebuah kebaikan ketika kita meninggal. Seperti peribahasa "Gajah mati meninggalkan gadingnya" maka jika kita meninggal, kita akan meninggalkan manfaat yang terus menerus akan mengalir jika tulisan kita adalah sebuah kebaikan dan menjadi pelajaran bagi orang lain. Ingat, terkadang seseorang tidak diingat jika apa yang ia lakukan tidak diabadikan dalam tulisan.

3. Berperang melalui tulisan
Opini-opini yang dituliskan para penulis semakin beragam. Berbagai pemikiran tumbuh melalui buku, artikel, atau bahkan tulisan tangan. Dengan tulisan-tulisan itulah, terkadang kita dapat memerangi keburukan.

Nah, ketiga hal tersebut adalah alasan apakah menulis itu penting? Dan saya menjawab, menulis itu PENTING.

Tapi sayangnya, remaja yang hidup di era sekarang ini sudah jaraaaaang sekali yang punya hobi 'MENULIS'. Hobi itu berubah menjadi hal-hal yang tidak produktif. Nah, untuk menghidupkan keinginan untuk menulis, setidaknya kita harus membiasakan diri untuk membaca. Dengan demikian, banyak ide yang akan muncul dan menjadi dasar dari tulisan yang akan kita buat.

Tips buat kita-kita yang masih suka ga produktif dan belum suka membaca dan menulis nihh..

1. Yuk tumbuhkan minat baca kita dengan mulai membaca hal-hal yang kita suka. Dari hal-hal yang kita suka (komik misalnya), bacaan kita juga harus berkembang jadi lebih baik kualitasnya (jadi novel, terus terinspirasi buat baca bacaan lain yang punya manfaat).

2. Gunakan waktu ANTARA buat baca dan menulis. Apasih waktu antara itu? Waktu antara adalah waktu kosong di antara dua hal yang penting dan kita ga tau apa yang harus kita kerjakan. Daripada scroll timeline terus kan ya :'

3. Jangan takut untuk memulai menulis. Penyakit kita dari kadang adalah tidak memulai karena takut apa yang kita lakukan mendapat respon buruk atau tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Padahal itu merupakan proses yang setiap penulis sepertinya harus melaluinya.

4. Jika sudah mulai menulis, yuk rutinkan kebiasaan menulis kita. Dengan demikian kita semakin terlatih dalam menulis dan kualitas tulisan kita semakin baik.

5. Jangan pernah berpikir tulisan kita adalah yang terbaik. Hal itu menjadikan tulisan kita kehilangan ruhnya dan diiringi oleh nafsu semata.

Yaa begitulah. Eh, tapi teman-teman pernah denger kalimat "You are what you read, You are what you write" ga?
Kalimat itu bilang yang intinya, dari tulisan kita, orang lain bisa menilai siapa kita. Walaupun menulis adalah hal yang penting, tapi kita juga harus selalu memperhatikan apa yang kita tulis. Apa yang kita tulis mencerminkan apa yang sedang kita pikirkan. Oleh sebab itu, penilaian seseorang mengenai tulisan kita menggambarkan penilaian mereka terhadap kita. Diri kita akan nampak dalam apa yang kita tulis.

Hmm, ternyata penting ya menulis itu. Tapi, sepenting apapun ternyata kita juga harus tetap memperhatikan apa yang kita tulis :)

Yuk semangat kembali menjadi produktif dan menjadi bagian dari sejarah yang diabadikan melalui tulisan kita :))

#sekolahtimjasmine
@tehjasmine

Minggu, 15 Mei 2016

Salahkah?

Sajak kegalauan hati nurani yang tak terbendung lagi.Tetesan air mata yang tak tertahankan lagi. Memilih hati mana yang harus tersakiti. Sekian lama aku menarik ulur semua masalah bak menerbangkan layang-layang ringan. Pikiran yang pergi merantau entah ke mana itu pun susah untuk menetap di tempatnya. Hati semakin lumpuh untuk merasakan detik-detik yang sekiranya penuh arti. Baginya. Bukan bagiku.

Derit pintu yang sedikit demi sedikit terbuka kembali nyaring terdengar. Hanya dia yang boleh masuk. Dengan kerendahan hatinya dia bisa memenangkan pertandingan panjang itu dan segera masuk ke dalam kerajaan yang diimpikannya. Tapi seakan ia hidup lebih sengsara dengan kalimat pertama yang ia ucapkan ketika datang ke kerajaan itu. Pintu yang terbuka, kembali tertutup. Sedangkan ia berada di dalamnya.

Wahai, jika dia tak keluar bukankah dia akan terperangkap di  dalamnya? Apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkannya? Bahkan aku hanya bisa melihatnya semakin tersiksa di dalam kerajaan itu. Bukan karena ia ingin keluar. Tapi karena ia tak bisa menikmati apa yang telah ia dapatkan. Ia tak mau keluar, tapi ia juga semakin tersiksa. Ooh, kumohon keluarkan ia dari kerajaannya. Aku tak sanggup melihatnya dalam keadaan yang lebih buruk. 

Ayolah. Kau hanya menyakiti dirimu sendiri. Aku bukan tak ingin kau bahagia. Tapi berpikirlah sejenak. Semakin jauh kau berjalan, semakin sulit kau untuk mengeluarkan dirimu bukan? Jangan pernah berlebihan dalam berharap. Kau akan menyesal dibuatnya.

Selasa, 10 Mei 2016

Pecah

Benar-benar kau memberiku kesempatan yang hanya sekali
Celah yang sengaja kau buat untuk mengizinkanku pergi
Setelah semua ini berlalu dengan semua kebingungan yang tak lagi bisa kita hadapi
Keputusan yang aku yakin, ini akan berakhir indah untuk keduanya

Hai,
kau yang tetiba berubah atau aku yang mulai bertingkah aneh?
kau yang merasa atau aku yang tak peka?
bahkan aku tak punya dasar dan kepastian untuk semua yang kulakukan
cukup, aku tak mengerti ini salah siapa
cukup, aku tak ingin ini menjadi masalah yang kian membesar di hari esok

Aku tak mengerti, aku lelah, dan aku ingin kejelasan
oh baiklah, ini sudah cukup memberikan kesaksian
dan aku cukup mengerti apa alasan dibalik semua ini

Tapi, satu yang tak bisa kuterima begitu saja
caramu yang bisa menyakiti masing-masing dari kita
perubahan yang cukup cepat, atau bahkan sangat cepat
hanya dengan hitungan berapa kali jarum jam tanganmu berputar kembali membentuk 360 derajat
menyakitkan, walaupun aku yakin jika ini tak terjadi akan lebih menyakitkan

Sungguh, bahkan aku pernah berkata untuk menjaga hatimu dan membiarkanku terjatuh
buktinya? bahkan aku tak ingin aku jatuh 
rasa sakit yang tertinggal ini tak lantas membuatku sadar bahwa aku harus berdiri
berkali kali aku bertanya dan memastikan, apakah aku baik-baik saja?
hatiku sedang tak ingin disentuh

Apa artinya tangisan jika tak bisa dikeluarkan
Apa artinya kesedihan jika aku sudah mati rasa

Satu. Aku memang saatnya pergi.




Kamis, 28 April 2016

Kenapa Harus Kamu?

Hari demi hari berganti tanpa ada yang bisa mencegahnya. Walaupun hati ini selalu ingin berada di lorong waktu yang mengantarkan diri ini menuju masa lalu yang selalu ingin kuulangi kembali. Mengertilah, aku hanya manusia biasa yang lagi lagi tak bisa mencegah perubahan yang kompleks ini.

Lega sudah diri ini melalui hari yang amat panjang. Banyak keputusan yang harus ditetapkan dalam pekan-pekan ini. Entah. Pikiran ini selalu merasa penat. Penuh. Dan itu bukan keadaan yang membuatku lantas berpikir senang atau bahagia. Benar-benar menguras tenagaku.

Jika pekan ini adalah pekan yang sibuk, maka sudah dipastikan aku lebih sering meninggalkan hal-hal yang kuanggap hiburan dan beberapa hal asyik lainnya. Tak terkecuali jika aku juga selalu meninggalkan teman-teman diskusi dunia mayaku dan konsentrasi penuh akan pekerjaan nyataku. Terkadang itulah yang membuatku terkena masalah dengan mereka. Haha sungguh ya.

"Fai, refreshing yuuk. Aku bosan di sini dengan tugas-tugas ini." Shofi mengajakku bermain sebentar.
"Okelah yuk. Weekend ini pokoknya aku mau lepas tangan dulu sama tugas tugas ini. Seenggaknya main ke kota sebelah ya biar gak nemu lagi tugas."
"Weekend ya Fai. Janji."
"Siap."

Huuh. Mulai nih bikin wacana mau pergi-pergi. Penat banget. Iyasih, emang udah lama banget gak keluar dari kota tempatku belajar ini. Ah, sekali-kali gapapa deh ya.

Fai, karena kemarin kamu udah bikin aku bete terus, Sabtu kamu ke sini ya. Aku mau ketemu bentar.

Hmm, oke oke. Aku ke sana.

Kenapa harus kamu. Aku selalu menganggapmu lebih dari yang lain. Setidaknya, sahabat paling dekat di antara sahabat-sahabatku yang lain. Bagaimana aku selalu sakit ketika kau mulai bertingkah. Bagaimana aku selalu khawatir ketika kau tak lagi berjalan sebagaimana mestinya. Bagaimana aku mempertahankan kesabaranku hanya untuk aksi bodohmu. Aku hanya tak ingin persahabatan ini hancur dan hilang hanya karena egoku yang tak bisa kukendalikan. Apapun yang kau mau, jangan pernah menyentuh prinsipku. Hanya itu yang bisa membuat semua ini terlihat mudah.

Aku yakin, kau mengerti aku. Aku yakin kau bisa membaca mataku, bisa membaca keadaanku. Akupun tau itu. Tapi bagaimanapun aku tak mau melepas sebuah prinsip yang sangat lama kupertahankan.

Aku sayang kalian :))