Minggu, 15 Mei 2016

Salahkah?

Sajak kegalauan hati nurani yang tak terbendung lagi.Tetesan air mata yang tak tertahankan lagi. Memilih hati mana yang harus tersakiti. Sekian lama aku menarik ulur semua masalah bak menerbangkan layang-layang ringan. Pikiran yang pergi merantau entah ke mana itu pun susah untuk menetap di tempatnya. Hati semakin lumpuh untuk merasakan detik-detik yang sekiranya penuh arti. Baginya. Bukan bagiku.

Derit pintu yang sedikit demi sedikit terbuka kembali nyaring terdengar. Hanya dia yang boleh masuk. Dengan kerendahan hatinya dia bisa memenangkan pertandingan panjang itu dan segera masuk ke dalam kerajaan yang diimpikannya. Tapi seakan ia hidup lebih sengsara dengan kalimat pertama yang ia ucapkan ketika datang ke kerajaan itu. Pintu yang terbuka, kembali tertutup. Sedangkan ia berada di dalamnya.

Wahai, jika dia tak keluar bukankah dia akan terperangkap di  dalamnya? Apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkannya? Bahkan aku hanya bisa melihatnya semakin tersiksa di dalam kerajaan itu. Bukan karena ia ingin keluar. Tapi karena ia tak bisa menikmati apa yang telah ia dapatkan. Ia tak mau keluar, tapi ia juga semakin tersiksa. Ooh, kumohon keluarkan ia dari kerajaannya. Aku tak sanggup melihatnya dalam keadaan yang lebih buruk. 

Ayolah. Kau hanya menyakiti dirimu sendiri. Aku bukan tak ingin kau bahagia. Tapi berpikirlah sejenak. Semakin jauh kau berjalan, semakin sulit kau untuk mengeluarkan dirimu bukan? Jangan pernah berlebihan dalam berharap. Kau akan menyesal dibuatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar