Senin, 22 September 2014

Kisahku

"Empaat.. Tigaa.. Dua.. Satuu.. Nol.."
Suara Kakak Tatib MOS kali itu menggelegar. Aku tak kuasa untuk tak lari menuju tempat yang telah disepakati sebelumnya. Kalau tidak, bisa jadi aku mendapatkan hukuman yang berlipat. Banding dan ocehan mereka. Walaupun kakiku tak lagi kuat menopang badan lincahku ini, kupaksakan dengan segenap energi yang bersisa di dalam tubuhku untuk berlari secepat yang aku bisa.

Tepat pada hitungan terakhir, kakiku melangkah pada batas yang telah disepakati sebagai batas keterlambatan datang. Tangan kananku menyeka keringat yang sedari tadi menetes dengan deras membasahi muka dan pipiku. Huufh! Akhirnya. Pikirku.

"Heh, kamu!Mau ke mana? Enak aja kamu pergi ke sana. Kamu telat Dek!"
"Saya, Kak?" Jawabku dengan nada sedikit takut dan gemas.
"Iya, siapa lagi yang ada di situ? Cuma kamu kan?"
Dengan lesu aku kembali mundur dan berbaris dengan teman-teman baruku yang juga terlambat. Aduh, perasaan aku udah nggak telat deh. Kataku dalam hati. Ah, akhirnya aku mengalah pada kakak tatib itu. Baiklaah..

Setelah berurusan dengan kakak tatib, aku dan teman-temanku diperbolehkan untuk memasuki aula tempat acara dilangsungkan. Suasana yang sangat berbeda. Aku disambut dengan wajah yang sumringah dan ceria. Setidaknya tak seperti kakak tatib yang selalu saja mencari kesalahanku dan memarahiku habis-habisan.

"Ya, adik-adik yang baru datang, silakan ambil kursinya dan susun di tempatnya masing-masing yaa..!"
Dengan sabar kakak acara membimbing kami  selama berjalannya acara MOS di aula. Entah itu kami sedang bersemangat ataupun sedang terkantuk-kantuk menahan mata untuk tidak tertutup. Ah,begitulah kita.

*
Hari ketiga MOS, kakak-kakak panitia mengundang alumni untuk mengisi acara MOS di aula.
"Ada yang mau kalian tanyakan tentang angkatan?"
Beberapa orang mengangkat tangannya dan mengajukan pertanyaan.
"Kak, bagaimana caranya Kakak bisa survive di sekolah ini?"Seorang teman perempuanku mengangkat tangannya.
"Pertanyaan kedua?"
"Apa arti angkatan buat Kakak dan gimana caranya menyatukan sebuah angkatan?" Kali ini teman laki-lakiku yang berbaju biru muda bertanya dengan lantang.
"Pertanyaan ketiga?"
"Apa yang paling berat menurut Kakak yang pernah Kakak alami di sekolah ini?" Pertanyaan terakhir dari kami.
"Baik, tiga pertanyaan dulu ya. Coba Kakak jawab dulu. Pertanyaan terbaik, nanti Kakak kasih hadiah."

Setelah alumni tersebut menjawab semua pertanyaan dari kami, akhirnya alumni tersebut memberi tahu kami pertanyaan yang mana yang menurutnya paling baik dan menarik.
"Pertanyaan yang ini nih. Tentang angkatan dan cara menyatukan sebuah angkatan. Siapa tadi yang nanya ya? Yang pake baju biru muda itu bukan? Iya, yang itu." Sambil menunjuk anak laki-laki itu, alumni tersebut mencari-cari siapa yang bertanya.
"Iya, Kak saya Kak." Anak berbaju biru muda itu maju ke depan dan menerima sebuah flashdisk 8 giga dari alumni pengisi acara tadi.

Acara kali itu ditutup dengan menyuarakan yel-yel MOS yang telah diajarkan oleh kakak acara.



Kamis, 11 September 2014

Pilih Kecil atau Besar?

Suatu malam di serambi masjid sebuah madrasah,aku dan seorang temanku sedikit berdiskusi tentang isi sebuah surat dalam Al-qur'an yang terdapat pada juz 30, 'Abasa..

Bermuka masam. Dari apa yang aku tau, aku cerita sama temen aku itu.. Ayat itu turun setelah Rasulullah sedang bersama pembesar kaum Kafir Quraisy namun ada seorang sahabat yang datang. Abdullah Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat yang buta namun sangat bersemangat untuk belajar islam kepada rasulullah SAW. Rasul menanggapi permintaan Abdullah Ibnu Ummi Maktum dengan wajah yang masam. kemudian Allah menegur Rasul dengan menurunkan ayat tersebut.

Hanya diskusi yang sangat singkat antara aku dan temanku saat itu. Diskusi yang hanya mendiskusikan apa yang kita pikikan tentang ayat tersebut.

Kami menggambarkan, bahwa saat itu rasulullah sedang bersama pembesar Kafir Quraisy yang menurut kami mereka adalah orang-orang yang memiliki hati sekeras batu yang susah untuk dilunakkan. Sedangkan, ada seorang sahabat yang sangat ingin mendapat nasehat dari rasulullah. seseorang yang sudah masuk Islam tentunya. berada di sekitar beliau.

Dengan gambaran itu, kami mencoba membayangkan jika hal itu berada pada jaman sekarang. Kami mengumpamakan para pembesar adalah sesuatu yang kita kejar, namun belum tentu kita bisa dapatkan padahal, di sekitar kita sangat banyak sesuatu yang belum kita raih dan kadang sekalipun kita tidak menghiraukan keberadaannya. Hal-hal kecil itulah yang sebenarnya sedang menunggu uluran tangan kita untuk diraih.

"Mengapa kita mengejar sesuatu yang memang besar,namun belum tentu kita meraihnya. padahal di sekitar kita banyak yang menyambut uluran tangan kita?" Bagaimanapun, kita tidak boleh meremehkan hal-hal kecil yang sebenarnya lebih bermanfaat daripada hal-hal yang lebih besar.

Tidak ada salahnya jika kita mendahulukan hal-hal kecil yang lebih bermanfaat kemudian barulah kita berusaha meraih sesuatu yang lebih besar. Kalau bisa dimisalkan, seperti kebutuhan primer dan sekunder. kebutuhan primer yang lebih penting harus didahulukan kemudian,baru memenuhi kebutuhan sekunder.

Wallahu a'lam bishowab