Kamis, 11 September 2014

Pilih Kecil atau Besar?

Suatu malam di serambi masjid sebuah madrasah,aku dan seorang temanku sedikit berdiskusi tentang isi sebuah surat dalam Al-qur'an yang terdapat pada juz 30, 'Abasa..

Bermuka masam. Dari apa yang aku tau, aku cerita sama temen aku itu.. Ayat itu turun setelah Rasulullah sedang bersama pembesar kaum Kafir Quraisy namun ada seorang sahabat yang datang. Abdullah Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat yang buta namun sangat bersemangat untuk belajar islam kepada rasulullah SAW. Rasul menanggapi permintaan Abdullah Ibnu Ummi Maktum dengan wajah yang masam. kemudian Allah menegur Rasul dengan menurunkan ayat tersebut.

Hanya diskusi yang sangat singkat antara aku dan temanku saat itu. Diskusi yang hanya mendiskusikan apa yang kita pikikan tentang ayat tersebut.

Kami menggambarkan, bahwa saat itu rasulullah sedang bersama pembesar Kafir Quraisy yang menurut kami mereka adalah orang-orang yang memiliki hati sekeras batu yang susah untuk dilunakkan. Sedangkan, ada seorang sahabat yang sangat ingin mendapat nasehat dari rasulullah. seseorang yang sudah masuk Islam tentunya. berada di sekitar beliau.

Dengan gambaran itu, kami mencoba membayangkan jika hal itu berada pada jaman sekarang. Kami mengumpamakan para pembesar adalah sesuatu yang kita kejar, namun belum tentu kita bisa dapatkan padahal, di sekitar kita sangat banyak sesuatu yang belum kita raih dan kadang sekalipun kita tidak menghiraukan keberadaannya. Hal-hal kecil itulah yang sebenarnya sedang menunggu uluran tangan kita untuk diraih.

"Mengapa kita mengejar sesuatu yang memang besar,namun belum tentu kita meraihnya. padahal di sekitar kita banyak yang menyambut uluran tangan kita?" Bagaimanapun, kita tidak boleh meremehkan hal-hal kecil yang sebenarnya lebih bermanfaat daripada hal-hal yang lebih besar.

Tidak ada salahnya jika kita mendahulukan hal-hal kecil yang lebih bermanfaat kemudian barulah kita berusaha meraih sesuatu yang lebih besar. Kalau bisa dimisalkan, seperti kebutuhan primer dan sekunder. kebutuhan primer yang lebih penting harus didahulukan kemudian,baru memenuhi kebutuhan sekunder.

Wallahu a'lam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar